ADAB SEBELUM DAN SESUDAH TIDUR
OLEH
HERMAN
KAEENDA
(I1A111
026)
MANAJEMEN
SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS
HALUOLEO
KENDARI
2012
KATA
PPENGANTAR
Puji syukur Allhamdulillah kami
panjatkan kehadirat Allah SWT sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini yang
berjudul Adab Bangun Pagi, di tenga-tenga kehidupan kita adab bangun pagi
sering kita lalaikan padahal hal ini merupakan masalah yang seaharusnya kita
perhatikan. Tak lupa pula kami ucapkan terimakasih kepada media, teman-teman
serta pengajar yang turut memberiakan informasi mengenai adab bangun pagi.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh
dari kesempurnaan, untuk saran dan kritik kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan bisa kita terapkan
dalam kehidupan kita sehari-hari.
Kendari 2012
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A.
latar Belakang
Islam merupakan agama yang sempurna
mengatur perkara-perkara masa lampau, sekarang dan yang datang termasuk perkara
setelah kehidupan di dunia fana’ ini, dari hal-hal yang kecil hingga ke hal-hal
yang besar, bahkan adab ketika makan, minum, duduk berdiri, jalan, memakai
sepatu, ketika tidur dan bangun dari tidur dan lain sebagainya yang berkaitan
dengan aktivitas-aktivitas keseharian kita.
Pembahasan
yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu meneganai adab-adab ketika
seseorang bangun dari tempat tidurnya. Banyak dikalangan kita
mengabaikan hal-hal yang sepeleh ini, namun untuk lebih detailnya akan dibahas
pada pembahasan selanutnya.
B.
Rumusan Masalah
Dari uraian di atas maka kami dapat
merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Pengertian
Tidur
2. Adab-adab
tidur dan bangun dari tidur.
D.
Tujuan
Dari rumusan masalah di atas dapat
diambil tujuan agar bagaimana mahasiswa khususnya dan masyarakat umumnya bisa
Memahami dan mengamalkan pengertian, adab dan etika ketika menjelang tidur dan bangun
tidur.
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 Pegertian Tidur
Tidur didefinisikan sebagai suatu
keadaan bawah sadar dimana seseorang masih dapat dibangunkan dengan pemberian
rangsang sensorik atau dengan rangsang lainnya (Guyton & Hall, 1997).
Menurut Potter & Perry (2005), Tidur merupakan proses fisiologis yang
bersiklus bergantian dengan periode yang lebih lama dari keterjagaan.
1.2
Adab-adab
Ketika Menjelang Tidur dan Bangun Dari Tidur
A. Adab
Sebelum Tidur
1.
Muhasabah
Hendaklah
menghitung-hitung sesaat sebelum tidur mengoreksi segala perbuatan yang telah
ia lakukan di siang hari. Ini sangat dianjurkan bagi setiap muslim. Lalu
jika ia dapatkan perbuatannya itu baik, maka hendaknya memuji AllahI, jangan
memuji diri sendiri, dan jika sebaliknya, maka hendaknya segera memohon
ampunan-Nya, kembali dan bertobat kepada-Nya.
2. Tidurlah seawal mungkin
Jangan larut malam.
Hadits yang bersumber dari `Aisyah “Bahwasanya Rasulullah saw tidur pada awal
malam dan bangun pada penghujung malam, lalu beliau melakukan shalat.”
(Muttafaq `alaih).
3. Berwudhulah sebelum tidur dan
berbaring miring ke sebelah kanan
Sahabat Rosulullah,
Al-Bara’ bin `Azib ra menuturkan, Rasulullah saw bersabda, “Apabila kamu akan
tidur, maka berwudhu’lah sebagaimana wudhu’ untuk shalat, kemudian berbaringlah
dengan miring ke sebelah kanan...” Dan tidak mengapa berbalik ke sebelah kiri
nantinya.
4. Kibaskan sprei/ alas tidur tiga
kali sebelum berbaring
Berdasarkan hadits
Abu Hurairah ra bahwasanya Rasulullah saw bersabda, “Apabila seorang dari
kalian akan tidur pada tempat tidurnya, maka hendaklah mengirapkan kain tempat
tidurnya itu terlebih dahulu, karena ia tidak tahu apa yang ada di atasnya...”
Di dalam satu riwayat dikatakan, “Tiga kali.” (Muttafaq `alaih).
5. Berbaringlah dengan miring
kanan,Jangan tidur tengkurap
Abu Dzarz
menuturkan, “Nabi saw pernah lewat di dekatku, di saat itu aku sedang
tengkurap, maka Nabi membangunkanku dengan kakinya sambil bersabda, ”Wahai
Junaidab (panggilan Abu Dzar), sesungguhnya berbaring seperti ini (tengkurap)
adalah cara berbaringnya penghuni neraka.” (HR. Ibnu Majah dan dinilai shahih
oleh Al-Albani).
6. Jangan tidur di atas dak terbuka
Dalam hadits yang
bersumber dari `Ali bin Syaiban ra disebutkan bahwasanya Nabi saw telah
bersabda, “Barangsiapa yang tidur malam di atas atap rumah yang tidak ada
penutupnya, maka hilanglah jaminan darinya.” (HR. Al-Bukhari di dalam Al-Adab
Al-Mufrad dan dinilai shahih oleh Al-Albani).
7. Tutuplah pintu, jendela, dan
memadamkan api dan lampu sebelum tidur.
Dari Jabir ra
diriwayatkan bahwa sesungguhnya Rasulullah saw telah bersabda, “Padamkanlah
lampu di malam hari apabila kamu akan tidur, tutuplah pintu, tutuplah
rapat-rapat bejana-bejana dan tutuplah makanan dan minuman.” (Muttafaq ’alaih).
8. Baca ayat Kursi, dua ayat terakhir
dari Surah Al-Baqarah, Surah Al-Ikhlas dan Al Mu`awwidzatain (Al-Falaq dan
An-Nas) Banyak hadits-hadits shahih yang menganjurkan hal tersebut.
9. Baca do’a-do’a dan dzikir yang
keterangannya shahih dari Rasulullah saw seperti :
اَللِّهُمَّ قِنِي عَذَا بَكَ يََوْمَ تَبْعَثُ عِبَادَكَ - روَاه اَبُو دَاوْد وصححه الالبان “Ya Allah, peliharalah aku dari adzab-Mu pada hari Engkau membangkitkan kembali segenap hamba-Mu.” Dibaca tiga kali. (HR. Abu Dawud dan dihasankan oleh Al-Albani)
اَللِّهُمَّ قِنِي عَذَا بَكَ يََوْمَ تَبْعَثُ عِبَادَكَ - روَاه اَبُو دَاوْد وصححه الالبان “Ya Allah, peliharalah aku dari adzab-Mu pada hari Engkau membangkitkan kembali segenap hamba-Mu.” Dibaca tiga kali. (HR. Abu Dawud dan dihasankan oleh Al-Albani)
10. Apabila di saat tidur merasa kaget
atau gelisah atau merasa ketakutan, maka disunnatkan (dianjurkan) berdo’a
dengan do’a:
اَعُوْذَ بِكَلٍِمَاتِ اللّٰهِ
التَامَّةِ مِنْ غَضَبِهِ وَشَرَّ عِبَادِهِ، وَمِنْ هَمَزَاتِ الشَّيَاطِيْنِ
وَاَنْ يَحْضُرُنِ - رواه َبُوْ داود وَحسنه الا لبَانِي
“Aku berlindung dengan Kalimatullah yang
sempurna dari murka-Nya, kejahatan hamba-hamba-Nya, dari gangguan syetan dan
kehadiran mereka kepadaku.” (HR. Abu Dawud dan dihasankan oleh Al-Albani)
11. Bila bermimpi baik, maka
bergembiralah dan ceritakan hanya kepada orang yang senang kepadamu. Bila mimpi
buruk, maka meludahlah ke kiri tiga kali, baca ta’awudz jangan diceritakan
kepada orang lain, dan pindahlah posisi tidur, atau bangunlah dan shalatlah.
B.
Adab Bangun Tidur
Rasuwlallahu SAW bersabda:
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رضى اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « إِذَا قَامَ أَحَدُكُمْ عَنْ فِرَاشِهِ ثُمَّ رَجَعَ إِلَيْهِ فَلْيَنْفُضْهُ بِصَنِفَةِ إِزَارِهِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ فَإِنَّهُ لاَ يَدْرِى مَا خَلَفَهُ عَلَيْهِ بَعْدَهُ فَإِذَا اضْطَجَعَ فَلْيَقُلْ بِاسْمِكَ رَبِّى وَضَعْتُ جَنْبِى وَبِكَ أَرْفَعُهُ فَإِنْ أَمْسَكْتَ نَفْسِى فَارْحَمْهَا وَإِنْ أَرْسَلْتَهَا فَاحْفَظْهَا بِمَا تَحْفَظُ بِهِ عِبَادَكَ الصَّالِحِينَ . فَإِذَا اسْتَيْقَظَ فَلْيَقُلِ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى عَافَانِى فِى جَسَدِى وَرَدَّ عَلَىَّ رُوحِى وَأَذِنَ لِى بِذِكْرِهِ » (الترمذي)
‘Dari Abu Hurairah radhiya alläh ‘anh,
sesungguhnya Rasululläh shallallähu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Jika kalian
bangun dari tidurnya, kemudian kembali ke tempat itu, maka hendaklah ia
mengibaskan ujung kain tempat didurnya (membersihkannya) tiga kali karena ia
tidak tahu apa yang ada dibawahnya setelah itu. Bila kalian tidur, maka ucapkan
bismika rabbi wadha’tu janbi wa bika araf’uh. Fa in amsakta nafsi farhamha,
wa in arsaltaha fahfazhha bima tahfazhu bihi ‘ibadak al-shalihin. (Dengan
menyebut nama-Mu aku letakkan lambungku, dan kepada Engkau aku menyerahkannya.
Jika engkau menahan jiwaku, maka rahmatilah. Dan jika Engkau melepaskannya,
maka jagalah dengan apa yang Engkau jaga hamba-hamba-Mu yang shaleh) Dan jika
ia bangun, maka ucapkanlah: alhamdu li Allah alladzi ‘afani fi jasadi wa
rodda ruhi wa adzina li bi dzikrihi” (Segala puji bagi Allah yang telah
menjadikan dalam keadaan sehat jasadku, mengembalikan ruhku, dan mengijinkan
aku untuk mengingat-Nya). (HR. Imam Tirmidzi)’
Kenapa kita
membahas yang kecil dan sepele tentang adab bangun tidur ini? Maka untuk
menjawab ini perlu kita ajukan beberapa pertanyaan kembali: Bukankah tidur itu
nikmat? Nikmat mana dibanding makan? Apakah mau milih nikmat makan atau nikmat
tidur? Tentu dua-duanya tidak ada bedanya. Kita menginginkan kedua-duanya. Lama
mana antara makan dengan tidur? Tentu kita tahu bahwa yang paling banyak itu
adalah tidur, apalagi kalau ditambah dengan tidur di waktu mencari ilmu atau
ngaji. Bila itu adalah nikmat buat kita, tentu kita harus ingat bahwa nikmat
itu dari Allah dan kita akan ditanya. Kita akan dipinta pertanggungjawaban dari
nikmat tersebut.ثُمَّ لَتُسْأَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيمِ Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada
hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu). (QS.
Al-Takatsur) Sekarang kita bandingkan antara nikmat tidur dengan nikmat shalat.
Karena setiap nikmat itu harus ditutup oleh amal shaleh. Kita hitung,
sehari-semalam kita shalat berapa menit? Bila satu kali shalat perlu 10 menit,
maka sehari semalam butuh 50 menit. Satu jam pun kurang. Kita tidur rata-rata
7 sampai 8 jam. Waktu shalat dan tidur kita berbeda jumlahnya. Belum ditambah
bahwa shalat itu belum tentu khusyu. Sedangkan kalau kita tidur, maka itu
relatif penuh keseriusan.
Maka nanti di
akhirat kita akan ditanya tentang nikmat ini. Kita akan diminta pertanggungjawaban
di akhirat tentang tidur ini. Karena kita yakin bahwa rata-rata 1/3 kehidupan
adalah habis untuk tidur. Bila usia kita 60 tahun, maka dapat dipastikan 20
tahun adalah untuk tidur.
Bila kita tidur
secara biasa saja, tentu ini tidak beda dengan hewan dan orang-orang kafir.
Bagi kita, tidur ini harus jadi ibadah. Dari perkara mubah memiliki pahala
wajib. Abdullah bin Umar pernah berkata: “Saya berharap dari tidur ini
melahirkan pahala sebagaimana pahala dari shalat malam.” Kata para ulama: “Tidur
orang yang berilmu adalah menjadi ibadah. Sedangkan shalat atau ibadah orang
yang tidak berilmu belum tentu ibadah. Shalat bagi mereka adalah kebiasaan.
Hanya rutinitas. Shalat hanya adat kebiasaan saja.
Menjalankan
syari’at Islam itu harus dimulai dari perkara kecil dan sederhana. Jangan kita
mengejar yang tinggi, sementara yang kecil terlewat. Adab ini merupakan hal
yang harus kita perhatikan dan bisa kita praktekkan.
Berkaitan dengan
tidur itu terdapat 11 adab. Tiap tema dalam adab ini ada 2 atau 3 hadits. Hal
ini menunjukkan bahwa benarlah apa yang difirmankan Allah:
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا
Pada hari ini telah Ku-sempurnakan
untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah
Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu. (QS. Al-Maidah: 3)
Adab Istiqod/ bangun dari tidur antara
lain:
1. Merasa telah mendapatkan nikmat
yang besar dari Allah subhanahu wa ta’ala.
Ketika kita bangun,
kita harus menghadirkan perasaan syukur kepada Allah sesudah kita tidur. Kita
harus bersyukur karena kita telah memperoleh nikmat. Nikmat yang kita terima
adalah nikmat tidur. Kita bandingkan orang yang lelap tidur dengan yang kurang
tidur. Bagaimana kalau kurang tidur? Kemudian, bagaimana pula kalau kita tidak
tidur? Berapa lamakah kita tidur? Kita tidur adalah 8 jam. Tentu ini adalah
nikmat yang sangat panjang. Tidur merupakan nikmat yang besar.
2. Mengusap wajah dengan kedua
tangan
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ – رضى الله عنهما – قَالَ بِتُّ عِنْدَ خَالَتِى مَيْمُونَةَ فَقُلْتُ لأَنْظُرَنَّ إِلَى صَلاَةِ رَسُولِ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – فَطُرِحَتْ لِرَسُولِ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – وِسَادَةٌ ، فَنَامَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – فِى طُولِهَا ، فَجَعَلَ يَمْسَحُ النَّوْمَ عَنْ وَجْهِهِ ثُمَّ قَرَأَ الآيَاتِ الْعَشْرَ الأَوَاخِرَ مِنْ آلِ عِمْرَانَ حَتَّى خَتَمَ (البخاري)
Dari Ibnu ‘Abbas radhiya alläh ‘anêh,
ia berkata: “Saya tidur di rumah bibi saya yaitu Maimunah. Kemudian aku berkata
kepadanya: ‘Aku benar-benar ingin melihat shalat Rasululläh shallallähu ‘alaihi
wa sallam.” Maka disediakanlah bantal untuk Rasululläh shallallähu ‘alaihi wa
sallam. Beliau tidur dengan cukup lama. (Ketika ia bangun), ia mulai
mengusapkan kedua tangannya terhadap wajahnya, kemudian ia membaca 10 ayat
terakhir Surat Ali Imran hingga akhir.” (HR. Imam Bukhari).
3. Berdzikir kepada Allah subhanahu wa
ta’ala
Ketika kita bangun
tidur, maka kita harus berdzikir kepada Allah. Bentuk dzikir pada waktu itu
adalah membaca do’a bangun tidur. Diantara do’anya:
Pertama:
عَنْ حُذَيْفَةَ بْنِ الْيَمَانِ قَالَ: كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَوَى إِلَى فِرَاشِهِ قَالَ: (بِاسْمِكَ أَمُوْتُ وَأَحْيَا). وَإِذَا قَامَ قَالَ: (اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِي أَحْيَانَا بَعْدَ مَا أَمَاتَنَا وَإِلَيْهِ النُّشُوْرُ)
Dari Khudzaifah ibn al-Yaman, ia
berkata: “Keadaan Nabi Muhammad shallallähu ‘alaihi wa sallam apabila
beristirahat di tempat tidurnya beliau berdo’a: ‘Dengan menyebut nama-Mu saya
tidur/ mati, dan begitupula saya bangun/ hidup.’ Dan apabila ia bangun, ia
berdo’a: ‘Segala puji bagi Allah Yang telah membangunkan kami setelah kami
ditidurkan, dan kepada-Nya kami akan dibangkitkan.’ (HR. Imam Bukhari dan Imam
Muslim). Makna alhamdulillah
adalah tanda apabila kita merasakan kegembiraan. Hal ini biasa kita alami
apabila mendapat keuntungan. Kalau kita bangun tidur, apakah nikmat yang kita
dapatkan? Tentu jawabannya adalah alladzi ahyana (yang telah
membangunkan kami), dengan dibangunkan Allah, kita hidup kembali. Ini adalah nikmat
yang besar.
Dengan kita
terbangun dari tidur, adalah prinsip yang harus kita perhatikan, karena paling
tidak:
-
Ahyana ba’dama amatana ini adalah isyarat bahwa kita mudah untuk tidur
dan mudah pula dalam bangun adalah karena dimudahkan oleh Allah. Bagaimana
dengan orang yang sakit? Yang berpenyakit jantung? Apalagi orang stress. Mereka
susah untuk tidur.
-
Ini pun merupakan isyarat bahwa tidur adalah sama dengan meninggal dunia. Ada
perkataan al-naom akhu al-maot (Tidur adalah saudaranya mati), al-naom
al-wafat al-shugra (Tidur adalah kematian yang kecil). Dalam surat
al-Zumar disebutkan bahwa: للَّهُ يَتَوَفَّى الْأَنْفُسَ حِينَ مَوْتِهَا وَالَّتِي لَمْ تَمُتْ فِي
مَنَامِهَا فَيُمْسِكُ الَّتِي قَضَى عَلَيْهَا الْمَوْتَ وَيُرْسِلُ الْأُخْرَى
إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ (42)
Allah memegang jiwa (orang) ketika
matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; Maka Dia
tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan
jiwa yang lain sampai waktu yang ditetapkan. Sesungguhnya pada yang demikian
itu terdapat tanda- tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir. (QS.
Al-Zumar: 42).
Maka ketika kita
tidur, nyawa kita ada dalam tangan Allah. Allah memegang sesuai dengan sifat
dan keadaan-Nya, Allah Yang lebih tahu. Al-Qur`an menjelaskan dalam ayat tadi
bahwa ada dua kemungkinan nyawa selanjutnya: pertama, fayumsik allati
‘alaiha al-qadha` (Maka Dia tahan jiwa orang yang telah Dia tetapkan
kematiannya), maka bagi orang ini nyawa tidak diberikan lagi. Ia ditakdirkan
harus meninggal malam itu juga. Adapun yang kedua, wa yursil
al-ukhra ila ajalin musamma (Maka Dia melepaskan jiwa yang lain sampai
waktu yang ditetapkan), maka ini diberikan lagi nyawanya. Orang yang bisa
bangun lagi, berarti ia telah diberi lagi nyawa oleh Allah. Dengan demikian,
seorang mu`min akan gembira ketika ia bangun tadur, karena ia telah memperoleh
nikmat yang besar.
- Wa ilahi al-nusyur
Menurut para ulama al-nusyur adalah
sama dengan al-ba’ts (dibangkitkan) dan al-ma’ad (dikembalikan). Dalam istilah
aqidah, al-nusyur itu adalah orang yang dibangunkan dari kuburnya
Dengan demikian, ketika kita bangun,
kita sudah mendapatkan pendidikan ‘aqidah. Ketika kita sudah bangun, silahkan
mengerjakan aktivitas apapun. Namun, harus ingat wa ilaihi al-nusyur,
kita akan kembali kepada Allah.
Oleh karenanya, setelah membaca do’a
ini kita harus mempunyai konsep hidup. Hidup dan kehidupan kita ini akan dipergunakan
untuk apa?
Kedua
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى عَافَانِى فِى جَسَدِى وَرَدَّ عَلَىَّ رُوحِى وَأَذِنَ لِى بِذِكْرِهِ
Segala puji adalah milik Allah Yang
telah memberikan kesehatan kepada tubuhku dan mengembalikan ruhku kepadaku
serta mengizinkanku untuk mengingat-Nya (berdzikir kepada-Nya) (HR. Imam
Tirmidzi).
Kita harus membaca
do’a ketika bangun tidur adalah karena Allah itu alladzi ‘afani fi jasadi
(Allah Yang telah memberikan kesehatan kepada tubuhku). Do’a ini dimulai alhamdulillah
karena kita mendapat nikmat. Apakah nikmatnya? Nikmatnya adalah ‘afani fi
al-jasad (sehat tubuh). Kita mempunyai nikmat sehat anggota badan.
Manakala kita bangun, anggota badan kita normal. Bukankah banyak orang
yang ketika bangun kakinya sudah tidak bisa berjalan, bengkak sebelah dan lain
sebagainya. Begitupula ada yang itu rumahnya sudah terbakar, maka ketika ia
bangun, ia langsung hangus. Ada yang ketika bangun rumahnya sudah tergenang air
karena banjir. Bahkan ada yang ketika bangun, sudah disantroni penjahat. Bila kita
bangun tanpa gangguan, maka itu berati kita dijaga oleh Allah. Bahwa tidur itu
dapat sekaligus mengalami kematian, kita teringat dengan hadits:
Dari al-Barro` bin
‘Azib, ia berkata: “Nabi Muhammad shallallähu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Jika
engkau mendatangi tempat tidur, maka berwudhulah seperti engkau berwudhu untuk
shalat, kemudian berbaringlah ke sebelah kanan, dan kemudian ucapkanlah: ‘Ya
Allah! Aku menyerahkan diriku kepada-Mu, aku menguasakan penuh urusanku
kepada-Mu, aku memperlindungkan yang di belakangku kepada-Mua, ketakutan dan
pengharapan adalah berdasar kepada-Mu, tidak ada tempat berlindung dan tempat
keselamatan kecuali dari-Mu. Aku beriman kepada kitab-Mu yang telah Engkau
turunkan dan terhadap Nabi-Mu yang Engkau utus.’ Jika engkau meninggal, maka
engkau meninggal dalam keadaan fitrah. Jadikanlah do’a tersebut akhir
perkataanmu.’ (HR. Bukhari)
4. Siwak/ menyikat gigi
Nabi Muhammad bila
akan tidur itu senantiasa menyediakan siwak terlebih dahulu. Dari Ibnu ‘Abbas
radhiya alläh ‘anh, ia berkata: “Aku menginap di rumah bibiku Maimunah. Maka
Rasululläh shallallähu ‘alaihi wa sallam berkata-kata dengan keluarganya
beberapa sa’at kemudia beliau tidur. Ketika sepertiga malam terakhir, ia bangun
kemudian duduk dan melihat ke langit dengan mengucapkan: inna fi khalqi
al-samawati wa al-ardh (10 ayat terakhir dari surat Ali Imran). Kemudian
ia berdiri dan berwudhu dengan bersiwak. Ia kemudian shalat sebelas raka’at.
Beberapa waktu kemudian Bilal adzan, maka ia halat dua raka’at, kemudian ia
keluar untuk shalat shubuh.” (HR. Imam Bukhari)
5. Mencuci tangan 3 kali.
Dari Abu Hurairah
radhiya alläh ‘anh, sesungguhnya Nabi Muhammad shallallähu ‘alaihi wa sallam
bersabda: “Jika salah seorang diantara kalian bangun dari tidurnya, maka
janganlah ia membenamkan tangannya ke dalam bejana sehingga ia mencucinya tiga
kali, karena ia tidak tahu dimanakah tangannya waktu tidur itu berada.” (HR.
Imam Muslim)
6. Wudhu
7. Istintsar keras 3 kali
Dari Abu Hurairah
radhiya alläh ‘anh, sesungguhnya Nabi Muhammad shallallähu ‘alaihi wa sallam
bersabda: “Bila bangun salah seorang diantara kalian dari tidurnya, maka
hendaklah ia beristintsar (memasukkan air ke dalam hidung kemudian dikeluarkan)
sebanyak tiga kali karena syetan tidur di dalam hidungnya.” (HR. Imam Bukhari
dan Imam Muslim)
8.
Shalat
Bukti dari nikmat
yang kita terima, maka waktu malam selayaknya tidak dipakai tidur semua.
Gunakanlah waktu malam itu untuk shalat tahajjud.
وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً لَكَ عَسَى أَنْ يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَحْمُودًا (79)
Dan pada sebahagian malam hari
bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu;
Mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang Terpuji. (QS. Al-Isra:
79)
9.
Membangunkan keluarga
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا
Hai orang-orang yang beriman,
peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka (QS. Al-Tahrim: 6)
Membangunkan keluarga seperti itu
adalah bagian dari amar ma’ruf nahi munkar (menyuruh kepada kebaikan dan
melarang dari kemunkaran). Membangunkan orang yang tidur untuk shalat malam
akan mendapat pahala, apakah dari amar ma’ruf nahi munkarnya, dari melaksanakan
perintah Rasululläh shallallähu ‘alaihi wa sallam, dan dari orang yang
dibangunkan kemudian ia shalat.
10. Bangun pagi
Usahakan
beraktifitas sepagi mungkin. Kuatkan untuk bangun pukul 2 atau pukul 3 malam. Dari
Abu Hurairah radhiya alläh ‘anêh, sesungguhnya Rasululläh shallallähu ‘alaihi
wa sallam bersabda: “Syetan mengikat tengkuk kepala kalian bila tidur dengan
tiga ikatan. Setiap tali tersebut terpasang di sepanjang malam. Maka tidurlah.
Jika engkau bangun, kemudian memuji Allah, maka terbukalah satu ikatan.
Kemudian jika engkau berwudhu, maka terlepas satu ikatan. Dan jika engkau
shalat, maka terlepas pula satu ikatan. Maka ia akan menjadi giat dan baik
jiwanya. Bila tidak, maka ia akan buruk jiwanya dan menjadi pemalas.” (HR.
Muttafaq ‘Alaih)
11. Merapihkan tempat tidur
Rasululläh saw
adalah teladan terbaik. Seluruh aspek kehidupan kita harus mencontoh kepada beliau.
Ia telah memberikan contoh yang sempurna. Sebelum kita mencontoh perkara yang
besar, tentu harus didahului dan jangan melupakan mencontoh masalah-masalah
sederhana seperti bangun tidur ini. Bila kita sudah sukses dengan bangun tidur
sesuai contoh Rasululläh shallallähu ‘alaihi wa sallam, maka yang lain akan
mengikuti.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari
pembahasan di atas maka kami dapat menyimpulkan sebagai berikut:
1.
Tidur didefinisikan sebagai suatu
keadaan bawah sadar dimana seseorang masih dapat dibangunkan.
2.
adab sebelum tidur:
Muhasabah,
tidurlah seawal mungkin, berwudhulah sebelum tidur dan berbaring miring ke
sebelah kanan, kibaskan sprei/ alas tidur tiga kali sebelum berbaring, berbaringlah
dengan miring kanan, jangan tidur tengkurap, jangan tidur di atas dak terbuka, tutuplah
pintu, jendela, dan memadamkan api dan lampu sebelum tidur, baca ayat Kursi,
dan terakhir membaca do’a tidur.
3. Adab bangun tidur
Merasa telah mendapatkan nikmat yang
besar dari Allah subhanahu wa ta’ala, mengusap wajah dengan kedua tangan, berdzikir
kepada Allah SWT, siwak/ menyikat gigi,
mencuci tangan 3 kali, wudhu, istintsar keras 3 kali, shalat, membangunkan keluarga, dan terakhir merapikan tempat tidur.
SARAN
Dari
penjelasan diatas kami berharap pembaca dapat memahami dengan jelas apa-apa
yang telah kami jelaskan terkait dengan adab-adab adab sebelum dan bangun
tidur, oleh karena itu diharapkan untuk kita semua agar tidak menyepelehkan
atau mengabaikan hal-hal yang telah tercantum di atas, dan tak lupa pula Kami
menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan maka dari itu kritikan dan
saran kami butuhkan demi kesempurnaan makalah nantinya.
Daptar
BalasHapuspustaka yang gak ada