Sabtu, 23 Juni 2012

ADAB SEBELUM DAN SESUDAH TIDUR


ADAB SEBELUM DAN SESUDAH TIDUR
 

OLEH
HERMAN KAEENDA
(I1A111 026)




MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS  PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS HALUOLEO



KENDARI
2012




KATA PPENGANTAR
Puji syukur Allhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini yang berjudul Adab Bangun Pagi, di tenga-tenga kehidupan kita adab bangun pagi sering kita lalaikan padahal hal ini merupakan masalah yang seaharusnya kita perhatikan. Tak lupa pula kami ucapkan terimakasih kepada media, teman-teman serta pengajar yang turut memberiakan informasi mengenai adab bangun pagi.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, untuk saran dan kritik kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan bisa kita terapkan dalam kehidupan kita sehari-hari.


   
                       Kendari              2012


                                                                                    Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN
A. latar Belakang
            Islam merupakan agama yang sempurna mengatur perkara-perkara masa lampau, sekarang dan yang datang termasuk perkara setelah kehidupan di dunia fana’ ini, dari hal-hal yang kecil hingga ke hal-hal yang besar, bahkan adab ketika makan, minum, duduk berdiri, jalan, memakai sepatu, ketika tidur dan bangun dari tidur dan lain sebagainya yang berkaitan dengan aktivitas-aktivitas keseharian kita.
Pembahasan yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu meneganai adab-adab ketika seseorang  bangun  dari tempat tidurnya. Banyak dikalangan kita mengabaikan hal-hal yang sepeleh ini, namun untuk lebih detailnya akan dibahas pada pembahasan selanutnya.
B. Rumusan Masalah
            Dari uraian di atas maka kami dapat merumuskan masalah sebagai berikut:
1.      Pengertian Tidur
2.      Adab-adab tidur dan bangun dari tidur.
D. Tujuan
            Dari rumusan masalah di atas dapat diambil tujuan agar bagaimana mahasiswa khususnya dan masyarakat umumnya bisa Memahami dan mengamalkan pengertian, adab dan etika ketika menjelang tidur dan bangun tidur.







           BAB II
PEMBAHASAN
1.1 Pegertian Tidur
Tidur didefinisikan sebagai suatu keadaan bawah sadar dimana seseorang masih dapat dibangunkan dengan pemberian rangsang sensorik atau dengan rangsang lainnya (Guyton & Hall, 1997). Menurut Potter & Perry (2005), Tidur merupakan proses fisiologis yang bersiklus bergantian dengan periode yang lebih lama dari keterjagaan.
1.2 Adab-adab Ketika Menjelang Tidur dan Bangun Dari Tidur
A. Adab Sebelum Tidur
1. Muhasabah
Hendaklah menghitung-hitung sesaat sebelum tidur mengoreksi segala perbuatan yang telah ia lakukan di siang hari.  Ini sangat dianjurkan bagi setiap muslim. Lalu jika ia dapatkan perbuatannya itu baik, maka hendaknya memuji AllahI, jangan memuji diri sendiri, dan jika sebaliknya, maka hendaknya segera memohon  ampunan-Nya, kembali dan bertobat kepada-Nya.
2. Tidurlah seawal mungkin
Jangan larut malam. Hadits yang bersumber dari `Aisyah “Bahwasanya Rasulullah saw tidur pada awal malam dan bangun pada penghujung malam, lalu beliau melakukan shalat.” (Muttafaq `alaih).
3. Berwudhulah sebelum tidur dan berbaring miring ke sebelah kanan
Sahabat Rosulullah, Al-Bara’ bin `Azib ra menuturkan, Rasulullah saw bersabda, “Apabila kamu akan tidur, maka berwudhu’lah sebagaimana wudhu’ untuk shalat, kemudian berbaringlah dengan miring ke sebelah kanan...” Dan tidak mengapa berbalik ke sebelah kiri nantinya.


4. Kibaskan sprei/ alas tidur tiga kali sebelum berbaring
Berdasarkan hadits Abu Hurairah ra bahwasanya Rasulullah saw bersabda, “Apabila seorang dari kalian akan tidur pada tempat tidurnya, maka hendaklah mengirapkan kain tempat tidurnya itu terlebih dahulu, karena ia tidak tahu apa yang ada di atasnya...” Di dalam satu riwayat dikatakan, “Tiga kali.” (Muttafaq `alaih).
5. Berbaringlah dengan miring kanan,Jangan tidur tengkurap
Abu Dzarz menuturkan, “Nabi saw pernah lewat di dekatku, di saat itu aku sedang tengkurap, maka Nabi membangunkanku dengan kakinya sambil bersabda, ”Wahai Junaidab (panggilan Abu Dzar), sesungguhnya berbaring seperti ini (tengkurap) adalah cara berbaringnya penghuni neraka.” (HR. Ibnu Majah dan dinilai shahih oleh Al-Albani).
6. Jangan tidur di atas dak terbuka
Dalam hadits yang bersumber dari `Ali bin Syaiban ra disebutkan bahwasanya Nabi saw telah bersabda, “Barangsiapa yang tidur malam di atas atap rumah yang tidak ada penutupnya, maka hilanglah jaminan darinya.” (HR. Al-Bukhari di dalam Al-Adab Al-Mufrad dan dinilai shahih oleh Al-Albani).
7. Tutuplah pintu, jendela, dan memadamkan api dan lampu sebelum tidur.
Dari Jabir ra diriwayatkan bahwa sesungguhnya Rasulullah saw telah bersabda, “Padamkanlah lampu di malam hari apabila kamu akan tidur, tutuplah pintu, tutuplah rapat-rapat bejana-bejana dan tutuplah makanan dan minuman.” (Muttafaq ’alaih).
8. Baca ayat Kursi, dua ayat terakhir dari Surah Al-Baqarah, Surah Al-Ikhlas dan Al Mu`awwidzatain (Al-Falaq dan An-Nas) Banyak hadits-hadits shahih yang menganjurkan hal tersebut.
9. Baca do’a-do’a dan dzikir yang keterangannya shahih dari Rasulullah saw seperti :
اَللِّهُمَّ قِنِي عَذَا بَكَ يََوْمَ تَبْعَثُ عِبَادَكَ - روَاه اَبُو دَاوْد وصححه الالبان “Ya Allah, peliharalah aku dari adzab-Mu pada hari Engkau membangkitkan kembali segenap hamba-Mu.” Dibaca tiga kali. (HR. Abu Dawud dan dihasankan oleh Al-Albani)
10. Apabila di saat tidur merasa kaget atau gelisah atau merasa ketakutan, maka disunnatkan (dianjurkan) berdo’a dengan do’a:
اَعُوْذَ بِكَلٍِمَاتِ اللّٰهِ التَامَّةِ مِنْ غَضَبِهِ وَشَرَّ عِبَادِهِ، وَمِنْ هَمَزَاتِ الشَّيَاطِيْنِ وَاَنْ يَحْضُرُنِ - رواه َبُوْ داود وَحسنه الا لبَانِي
 “Aku berlindung dengan Kalimatullah yang sempurna dari murka-Nya, kejahatan hamba-hamba-Nya, dari gangguan syetan dan kehadiran mereka kepadaku.” (HR. Abu Dawud dan dihasankan oleh Al-Albani)
11. Bila bermimpi baik, maka bergembiralah dan ceritakan hanya kepada orang yang senang kepadamu. Bila mimpi buruk, maka meludahlah ke kiri tiga kali, baca ta’awudz jangan diceritakan kepada orang lain, dan pindahlah posisi tidur, atau bangunlah dan shalatlah.
B. Adab Bangun Tidur
Rasuwlallahu SAW bersabda:

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رضى اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « إِذَا قَامَ أَحَدُكُمْ عَنْ فِرَاشِهِ ثُمَّ رَجَعَ إِلَيْهِ فَلْيَنْفُضْهُ بِصَنِفَةِ إِزَارِهِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ فَإِنَّهُ لاَ يَدْرِى مَا خَلَفَهُ عَلَيْهِ بَعْدَهُ فَإِذَا اضْطَجَعَ فَلْيَقُلْ بِاسْمِكَ رَبِّى وَضَعْتُ جَنْبِى وَبِكَ أَرْفَعُهُ فَإِنْ أَمْسَكْتَ نَفْسِى فَارْحَمْهَا وَإِنْ أَرْسَلْتَهَا فَاحْفَظْهَا بِمَا تَحْفَظُ بِهِ عِبَادَكَ الصَّالِحِينَ . فَإِذَا اسْتَيْقَظَ فَلْيَقُلِ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى عَافَانِى فِى جَسَدِى وَرَدَّ عَلَىَّ رُوحِى وَأَذِنَ لِى بِذِكْرِهِ » (الترمذي)

‘Dari Abu Hurairah radhiya alläh ‘anh, sesungguhnya Rasululläh shallallähu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Jika kalian bangun dari tidurnya, kemudian kembali ke tempat itu, maka hendaklah ia mengibaskan ujung kain tempat didurnya (membersihkannya) tiga kali karena ia tidak tahu apa yang ada dibawahnya setelah itu. Bila kalian tidur, maka ucapkan bismika rabbi wadha’tu janbi wa bika araf’uh. Fa in amsakta nafsi farhamha, wa in arsaltaha fahfazhha bima tahfazhu bihi ‘ibadak al-shalihin. (Dengan menyebut nama-Mu aku letakkan lambungku, dan kepada Engkau aku menyerahkannya. Jika engkau menahan jiwaku, maka rahmatilah. Dan jika Engkau melepaskannya, maka jagalah dengan apa yang Engkau jaga hamba-hamba-Mu yang shaleh) Dan jika ia bangun, maka ucapkanlah: alhamdu li Allah alladzi ‘afani fi jasadi wa rodda ruhi wa adzina li bi dzikrihi” (Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan dalam keadaan sehat jasadku, mengembalikan ruhku, dan mengijinkan aku untuk mengingat-Nya). (HR. Imam Tirmidzi)’
Kenapa kita membahas yang kecil dan sepele tentang adab bangun tidur ini? Maka untuk menjawab ini perlu kita ajukan beberapa pertanyaan kembali: Bukankah tidur itu nikmat? Nikmat mana dibanding makan? Apakah mau milih nikmat makan atau nikmat tidur? Tentu dua-duanya tidak ada bedanya. Kita menginginkan kedua-duanya. Lama mana antara makan dengan tidur? Tentu kita tahu bahwa yang paling banyak itu adalah tidur, apalagi kalau ditambah dengan tidur di waktu mencari ilmu atau ngaji. Bila itu adalah nikmat buat kita, tentu kita harus ingat bahwa nikmat itu dari Allah dan kita akan ditanya. Kita akan dipinta pertanggungjawaban dari nikmat tersebut.ثُمَّ لَتُسْأَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيمِ  Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu). (QS. Al-Takatsur) Sekarang kita bandingkan antara nikmat tidur dengan nikmat shalat. Karena setiap nikmat itu harus ditutup oleh amal shaleh. Kita hitung, sehari-semalam kita shalat berapa menit? Bila satu kali shalat perlu 10 menit,  maka sehari semalam butuh 50 menit. Satu jam pun kurang. Kita tidur rata-rata 7 sampai 8 jam. Waktu shalat dan tidur kita berbeda jumlahnya. Belum ditambah bahwa shalat itu belum tentu khusyu. Sedangkan kalau kita tidur, maka itu relatif penuh keseriusan.
Maka nanti di akhirat kita akan ditanya tentang nikmat ini. Kita akan diminta pertanggungjawaban di akhirat tentang tidur ini. Karena kita yakin bahwa rata-rata 1/3 kehidupan adalah habis untuk tidur. Bila usia kita 60 tahun, maka dapat dipastikan 20 tahun adalah untuk tidur.
Bila kita tidur secara biasa saja, tentu ini tidak beda dengan hewan dan orang-orang kafir. Bagi kita, tidur ini harus jadi ibadah. Dari perkara mubah memiliki pahala wajib. Abdullah bin Umar pernah berkata: “Saya berharap dari tidur ini melahirkan pahala sebagaimana pahala dari shalat malam.” Kata para ulama: “Tidur orang yang berilmu adalah menjadi ibadah. Sedangkan shalat atau ibadah orang yang tidak berilmu belum tentu ibadah. Shalat bagi mereka adalah kebiasaan. Hanya rutinitas. Shalat hanya adat kebiasaan saja.
Menjalankan syari’at Islam itu harus dimulai dari perkara kecil dan sederhana. Jangan kita mengejar yang tinggi, sementara yang kecil terlewat. Adab ini merupakan hal yang harus kita perhatikan dan bisa kita praktekkan.
Berkaitan dengan tidur itu terdapat 11 adab. Tiap tema dalam adab ini ada 2 atau 3 hadits. Hal ini menunjukkan bahwa benarlah apa yang difirmankan Allah:

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا

Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu. (QS. Al-Maidah: 3)
Adab Istiqod/ bangun dari tidur antara lain:
1. Merasa telah mendapatkan nikmat yang besar dari Allah subhanahu wa ta’ala.
Ketika kita bangun, kita harus menghadirkan perasaan syukur kepada Allah sesudah kita tidur. Kita harus bersyukur karena kita telah memperoleh nikmat. Nikmat yang kita terima adalah nikmat tidur. Kita bandingkan orang yang lelap tidur dengan yang kurang tidur. Bagaimana kalau kurang tidur? Kemudian, bagaimana pula kalau kita tidak tidur? Berapa lamakah kita tidur? Kita tidur adalah 8 jam. Tentu ini adalah nikmat yang sangat panjang. Tidur merupakan nikmat yang besar.
2. Mengusap wajah dengan kedua tangan

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ – رضى الله عنهما – قَالَ بِتُّ عِنْدَ خَالَتِى مَيْمُونَةَ فَقُلْتُ لأَنْظُرَنَّ إِلَى صَلاَةِ رَسُولِ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – فَطُرِحَتْ لِرَسُولِ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – وِسَادَةٌ ، فَنَامَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – فِى طُولِهَا ، فَجَعَلَ يَمْسَحُ النَّوْمَ عَنْ وَجْهِهِ  ثُمَّ قَرَأَ الآيَاتِ الْعَشْرَ الأَوَاخِرَ مِنْ آلِ عِمْرَانَ حَتَّى خَتَمَ (البخاري)

Dari Ibnu ‘Abbas radhiya alläh ‘anêh, ia berkata: “Saya tidur di rumah bibi saya yaitu Maimunah. Kemudian aku berkata kepadanya: ‘Aku benar-benar ingin melihat shalat Rasululläh shallallähu ‘alaihi wa sallam.” Maka disediakanlah bantal untuk Rasululläh shallallähu ‘alaihi wa sallam. Beliau tidur dengan cukup lama. (Ketika ia bangun), ia mulai mengusapkan kedua tangannya terhadap wajahnya, kemudian ia membaca 10 ayat terakhir Surat Ali Imran hingga akhir.” (HR. Imam Bukhari).



3. Berdzikir kepada Allah subhanahu wa ta’ala
Ketika kita bangun tidur, maka kita harus berdzikir kepada Allah. Bentuk dzikir pada waktu itu adalah membaca do’a bangun tidur. Diantara do’anya:
Pertama:

عَنْ حُذَيْفَةَ بْنِ الْيَمَانِ قَالَ: كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَوَى إِلَى فِرَاشِهِ قَالَ: (بِاسْمِكَ أَمُوْتُ وَأَحْيَا). وَإِذَا قَامَ قَالَ: (اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِي أَحْيَانَا بَعْدَ مَا أَمَاتَنَا وَإِلَيْهِ النُّشُوْرُ)

Dari Khudzaifah ibn al-Yaman, ia berkata: “Keadaan Nabi Muhammad shallallähu ‘alaihi wa sallam apabila beristirahat di tempat tidurnya beliau berdo’a: ‘Dengan menyebut nama-Mu saya tidur/ mati, dan begitupula saya bangun/ hidup.’ Dan apabila ia bangun, ia berdo’a: ‘Segala puji bagi Allah Yang telah membangunkan kami setelah kami ditidurkan, dan kepada-Nya kami akan dibangkitkan.’ (HR. Imam Bukhari dan Imam Muslim). Makna alhamdulillah adalah tanda apabila kita merasakan kegembiraan. Hal ini biasa kita alami apabila mendapat keuntungan. Kalau kita bangun tidur, apakah nikmat yang kita dapatkan? Tentu jawabannya adalah alladzi ahyana (yang telah membangunkan kami), dengan dibangunkan Allah, kita hidup kembali. Ini adalah nikmat yang besar.
Dengan kita terbangun dari tidur, adalah prinsip yang harus kita perhatikan, karena paling tidak:
-          Ahyana ba’dama amatana ini adalah isyarat bahwa kita mudah untuk tidur dan mudah pula dalam bangun adalah karena dimudahkan oleh Allah. Bagaimana dengan orang yang sakit? Yang berpenyakit jantung? Apalagi orang stress. Mereka susah untuk tidur.
-          Ini pun merupakan isyarat bahwa tidur adalah sama dengan meninggal dunia. Ada perkataan al-naom akhu al-maot (Tidur adalah saudaranya mati), al-naom al-wafat al-shugra (Tidur adalah kematian yang kecil). Dalam surat al-Zumar disebutkan bahwa: للَّهُ يَتَوَفَّى الْأَنْفُسَ حِينَ مَوْتِهَا وَالَّتِي لَمْ تَمُتْ فِي مَنَامِهَا فَيُمْسِكُ الَّتِي قَضَى عَلَيْهَا الْمَوْتَ وَيُرْسِلُ الْأُخْرَى إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ (42)
Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; Maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditetapkan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda- tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir. (QS. Al-Zumar: 42).
Maka ketika kita tidur, nyawa kita ada dalam tangan Allah. Allah memegang sesuai dengan sifat dan keadaan-Nya, Allah Yang lebih tahu. Al-Qur`an menjelaskan dalam ayat tadi bahwa ada dua kemungkinan nyawa selanjutnya: pertama, fayumsik allati ‘alaiha al-qadha` (Maka Dia tahan jiwa orang yang telah Dia tetapkan kematiannya), maka bagi orang ini nyawa tidak diberikan lagi. Ia ditakdirkan harus meninggal malam itu juga. Adapun yang kedua, wa yursil al-ukhra ila ajalin musamma (Maka Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditetapkan), maka ini diberikan lagi nyawanya. Orang yang bisa bangun lagi, berarti ia telah diberi lagi nyawa oleh Allah. Dengan demikian, seorang mu`min akan gembira ketika ia bangun tadur, karena ia telah memperoleh nikmat yang besar.
-         Wa ilahi al-nusyur
Menurut para ulama al-nusyur adalah sama dengan al-ba’ts (dibangkitkan) dan al-ma’ad (dikembalikan). Dalam istilah aqidah, al-nusyur itu adalah orang yang dibangunkan dari kuburnya
Dengan demikian, ketika kita bangun, kita sudah mendapatkan pendidikan ‘aqidah. Ketika kita sudah bangun, silahkan mengerjakan aktivitas apapun. Namun, harus ingat wa ilaihi al-nusyur, kita akan kembali kepada Allah.
Oleh karenanya, setelah membaca do’a ini kita harus mempunyai konsep hidup. Hidup dan kehidupan kita ini akan dipergunakan untuk apa?
Kedua

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى عَافَانِى فِى جَسَدِى وَرَدَّ عَلَىَّ رُوحِى وَأَذِنَ لِى بِذِكْرِهِ

Segala puji adalah milik Allah Yang telah memberikan kesehatan kepada tubuhku dan mengembalikan ruhku kepadaku serta mengizinkanku untuk mengingat-Nya (berdzikir kepada-Nya) (HR. Imam Tirmidzi).
Kita harus membaca do’a ketika bangun tidur adalah karena Allah itu alladzi ‘afani fi jasadi (Allah Yang telah memberikan kesehatan kepada tubuhku). Do’a ini dimulai alhamdulillah karena kita mendapat nikmat. Apakah nikmatnya? Nikmatnya adalah ‘afani fi al-jasad (sehat tubuh). Kita mempunyai nikmat sehat anggota badan. Manakala kita bangun, anggota badan kita normal. Bukankah banyak  orang yang ketika bangun kakinya sudah tidak bisa berjalan, bengkak sebelah dan lain sebagainya. Begitupula ada yang itu rumahnya sudah terbakar, maka ketika ia bangun, ia langsung hangus. Ada yang ketika bangun rumahnya sudah tergenang air karena banjir. Bahkan ada yang ketika bangun, sudah disantroni penjahat. Bila kita bangun tanpa gangguan, maka itu berati kita dijaga oleh Allah. Bahwa tidur itu dapat sekaligus mengalami kematian, kita teringat dengan hadits:
Dari al-Barro` bin ‘Azib, ia berkata: “Nabi Muhammad shallallähu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Jika engkau mendatangi tempat tidur, maka berwudhulah seperti engkau berwudhu untuk shalat, kemudian berbaringlah ke sebelah kanan, dan kemudian ucapkanlah: ‘Ya Allah! Aku menyerahkan diriku kepada-Mu, aku menguasakan penuh urusanku kepada-Mu, aku memperlindungkan yang di belakangku kepada-Mua, ketakutan dan pengharapan adalah berdasar kepada-Mu, tidak ada tempat berlindung dan tempat keselamatan kecuali dari-Mu. Aku beriman kepada kitab-Mu yang telah Engkau turunkan dan terhadap Nabi-Mu yang Engkau utus.’ Jika engkau meninggal, maka engkau meninggal dalam keadaan fitrah. Jadikanlah do’a tersebut akhir perkataanmu.’ (HR. Bukhari)
4. Siwak/ menyikat gigi
Nabi Muhammad bila akan tidur itu senantiasa menyediakan siwak terlebih dahulu. Dari Ibnu ‘Abbas radhiya alläh ‘anh, ia berkata: “Aku menginap di rumah bibiku Maimunah. Maka Rasululläh shallallähu ‘alaihi wa sallam berkata-kata dengan keluarganya beberapa sa’at kemudia beliau tidur. Ketika sepertiga malam terakhir, ia bangun kemudian duduk dan melihat ke langit dengan mengucapkan: inna fi khalqi al-samawati wa al-ardh (10 ayat terakhir dari surat Ali Imran). Kemudian ia berdiri dan berwudhu dengan bersiwak. Ia kemudian shalat sebelas raka’at. Beberapa waktu kemudian Bilal adzan, maka ia halat dua raka’at, kemudian ia keluar untuk shalat shubuh.” (HR. Imam Bukhari)
5. Mencuci tangan 3 kali.
Dari Abu Hurairah radhiya alläh ‘anh, sesungguhnya Nabi Muhammad shallallähu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Jika salah seorang diantara kalian bangun dari tidurnya, maka janganlah ia membenamkan tangannya ke dalam bejana sehingga ia mencucinya tiga kali, karena ia tidak tahu dimanakah tangannya waktu tidur itu berada.” (HR. Imam Muslim)
6. Wudhu
7. Istintsar keras 3 kali
Dari Abu Hurairah radhiya alläh ‘anh, sesungguhnya Nabi Muhammad shallallähu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Bila bangun salah seorang diantara kalian dari tidurnya, maka hendaklah ia beristintsar (memasukkan air ke dalam hidung kemudian dikeluarkan) sebanyak tiga kali karena syetan tidur di dalam hidungnya.” (HR. Imam Bukhari dan Imam Muslim)
8. Shalat
Bukti dari nikmat yang kita terima, maka waktu malam selayaknya tidak dipakai tidur semua. Gunakanlah waktu malam itu untuk shalat tahajjud.

وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً لَكَ عَسَى أَنْ يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَحْمُودًا (79)

Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; Mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang Terpuji. (QS. Al-Isra: 79)
9. Membangunkan keluarga

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka (QS. Al-Tahrim: 6)
Membangunkan keluarga seperti itu adalah bagian dari amar ma’ruf nahi munkar (menyuruh kepada kebaikan dan melarang dari kemunkaran). Membangunkan orang yang tidur untuk shalat malam akan mendapat pahala, apakah dari amar ma’ruf nahi munkarnya, dari melaksanakan perintah Rasululläh shallallähu ‘alaihi wa sallam, dan dari orang yang dibangunkan kemudian ia shalat.
10.  Bangun pagi
Usahakan beraktifitas sepagi mungkin. Kuatkan untuk bangun pukul 2 atau pukul 3 malam. Dari Abu Hurairah radhiya alläh ‘anêh, sesungguhnya Rasululläh shallallähu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Syetan mengikat tengkuk kepala kalian bila tidur dengan tiga ikatan. Setiap tali tersebut terpasang di sepanjang malam. Maka tidurlah. Jika engkau bangun, kemudian memuji Allah, maka terbukalah satu ikatan. Kemudian jika engkau berwudhu, maka terlepas satu ikatan. Dan jika engkau shalat, maka terlepas pula satu ikatan. Maka ia akan menjadi giat dan baik jiwanya. Bila tidak, maka ia akan buruk jiwanya dan menjadi pemalas.” (HR. Muttafaq ‘Alaih)
11. Merapihkan tempat tidur
Rasululläh saw adalah teladan terbaik. Seluruh aspek kehidupan kita harus mencontoh kepada beliau. Ia telah memberikan contoh yang sempurna. Sebelum kita mencontoh perkara yang besar, tentu harus didahului dan jangan melupakan mencontoh masalah-masalah sederhana seperti bangun tidur ini. Bila kita sudah sukses dengan bangun tidur sesuai contoh Rasululläh shallallähu ‘alaihi wa sallam, maka yang lain akan mengikuti.












BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
            Dari pembahasan di atas maka kami dapat menyimpulkan sebagai berikut:
1. Tidur didefinisikan sebagai suatu keadaan bawah sadar dimana seseorang masih dapat dibangunkan.
2. adab sebelum tidur:
Muhasabah, tidurlah seawal mungkin, berwudhulah sebelum tidur dan berbaring miring ke sebelah kanan, kibaskan sprei/ alas tidur tiga kali sebelum berbaring, berbaringlah dengan miring kanan, jangan tidur tengkurap, jangan tidur di atas dak terbuka, tutuplah pintu, jendela, dan memadamkan api dan lampu sebelum tidur, baca ayat Kursi, dan terakhir membaca do’a tidur.
3. Adab bangun tidur
Merasa telah mendapatkan nikmat yang besar dari Allah subhanahu wa ta’ala, mengusap wajah dengan kedua tangan, berdzikir kepada Allah SWT, siwak/ menyikat gigi, mencuci tangan 3 kali, wudhu, istintsar keras 3 kali, shalat, membangunkan keluarga, dan terakhir merapikan tempat tidur.
SARAN
Dari penjelasan diatas kami berharap pembaca dapat memahami dengan jelas apa-apa yang telah kami jelaskan terkait dengan adab-adab adab sebelum dan bangun tidur, oleh karena itu diharapkan untuk kita semua agar tidak menyepelehkan atau mengabaikan hal-hal yang telah tercantum di atas, dan tak lupa pula Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan maka dari itu kritikan dan saran kami butuhkan demi kesempurnaan makalah nantinya.

1 komentar: